Kamis, 07 Februari 2013

Partai Politik, Layaknya “Setan yang Diperlukan”


Partai Politik, Layaknya “Setan yang Diperlukan”
Oleh: Sapardiyono

13481852071623335734

dok.pribadi. parpol pilar demokrasi
Untuk mengenang jasa salah satu putra terbaiknya UGM rela mengganti nama salah satu bangunan bersejarah yang dimilikinya yaitu Gedung Purna Budaya menjadi Pendopo Gedung Soenardi Hardjasoemantri. Prof Soenardi yang meninggal beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat terbang memang sangat pantas dikenang dan dijadikan contoh bagi generasi sesudahnya karena dedikasi beliau yang luar biasa terhadap wong cilik dan UGM yang merakyat, beliau adalah pencetus program KKN yang kemudian dicontoh oleh hampir semua perguruan tinggi di Indonesia.
Di Gedung Itulah kamis, 14 September yang lalu saya mengahadiri Semiloka Tentang Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi. Saya lumayan bersemangat menghadiri acara tersebut karena pantia penyelenggra yaitu Kementerian Hukum dan Ham serta Pusat Kajian Pancasila UGM akan menghadirkan para nara sumber yang sangat beken dan sangat kompeten dibidangnya, baik di praktek maupun teorinya. Dua narasumber Top tersebut adalah Dr. Ir. Albar Tanjung dan Prof.Dr. Ryas Rasyid. Sayang panitia gagal menghadirkan 2 narasumber Top tersebut dan diganti beberapa narasumber lain yang lebih muda, yaitu AA.GN.Dwipayana dosen Fisipol UGM, Peneliti LIPI  Lili Romli,  pemerhati hukum Refli Harun, dan Ganjar Pranowo SH anggota DPR RI dari PDIP.

Adalah AA GN Dwipayana yang pertama kali membandingkan antara fungsi ideal partai dan kenyataan yang sekarang terjadi. Partai sebetulnya mempunyai tugas sangat mulia seperti  : fungsi rekruitmen, fungsi mobilisasi partisipasi, agregrasi kepentingan dll. Namun kenyataannya sekarang Partai Politik lebih banyak menjadi  “Setan” karena banyak sekali fungsi-fungsi yang ideal tidak berjalan sementara yang tersiar adalah terlibatnya berbagai kasus-kasus hukum para aktifisnya yang tiada henti diberitakan, bergantian dan seolah-olah semua politisi terlibat persoalan hukum, korupsi,  indispliner dalam sidang, tidak menguasahi substansi pekerjaan dll.

Namun demikian sekalipun partai  politik ubahnya setan, namun dia adalah makhluk yang sangat diperlukan dalam membangun demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa parpol, demikian kira-kira garis besarnya. Oleh karenanya perilaku parpol harus diperbaiki, dan  kelembagaan partai juga harus secara total dirombak.

Senada dengan AA GN,  Ganjar Pranowo menceritakan berat dan sulitnya mengelola partai, problem besarnya adalah soal kaderisasi yang butuh duit dan energi yang sangat banyak. Oleh karenanya Pak Ganjar menjawab semua kritik buruk terhadap partai dengan sebuah tantangan...!!
Masuklah  ke partai jika anda memang orang yang baik dan punya kompetesi..!!
Rubahlah partai untuk menjadi lebih baik dan ideal..!!

Maka hasilnya kurang lebih sebagai berikut :  anda akan ketularan jelek, tidak kuat dan kembali keluar, atau berdiam diri dan tidak optimal.

Refli Harun sebetulnya berpendapat senada, selain mengkritik partai dia juga mengkritik pedas para  penyelenggara pemilu. Jika partai anda ingin menang maka anda harus pandai-pandai mendekati panitia, PPS, PPK atau para anggota KPU. Yang berperilaku setan sebetulnya tidak hanya partai politik tapi juga ulah para penyelenggara pemilu, mereka bisa menjadikan menang atau kalah....

Hhmm,..pendapat  Refli yang terakhir ini tentu tidak disertai data-data akurat. Menurut hemat saya, sangat tidak bijak membuat kesimpulan “satu untuk semua’, kasihan para penyelenggra pemilu dari tinggkat KPPS, PPS, PPK dan para anggota KPU kab/kota, prov dan pusat yang berjumlah jutaan orang itu semuanya memperoleh label  tidak jujur.

Menurutku penilaian terhadap para penyelenggara pemilu akan lebih adil jika dilakukan secara proporsional. Yang tidak jujur, yang merubah berita acara perolehan suara, yang bermain mata dengan parpol atau caleg secara tegas harus diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun jangan dinilai buruk dan beri apresiasi bagi para penyelenggra yang jujur dan sukses dalam menyelenggarakan pemilu....(Spd)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.