Partai Politik, Layaknya “Setan yang Diperlukan”
Oleh: Sapardiyono
Untuk mengenang jasa salah satu putra terbaiknya UGM rela
mengganti nama salah satu bangunan bersejarah yang dimilikinya yaitu Gedung
Purna Budaya menjadi Pendopo Gedung Soenardi Hardjasoemantri. Prof Soenardi
yang meninggal beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan pesawat terbang
memang sangat pantas dikenang dan dijadikan contoh bagi generasi sesudahnya
karena dedikasi beliau yang luar biasa terhadap wong cilik dan UGM yang
merakyat, beliau adalah pencetus program KKN yang kemudian dicontoh oleh hampir
semua perguruan tinggi di Indonesia.
Adalah AA GN Dwipayana yang pertama kali membandingkan
antara fungsi ideal partai dan kenyataan yang sekarang terjadi. Partai
sebetulnya mempunyai tugas sangat mulia seperti
: fungsi rekruitmen, fungsi mobilisasi partisipasi, agregrasi
kepentingan dll. Namun kenyataannya sekarang Partai Politik lebih banyak
menjadi “Setan” karena banyak sekali
fungsi-fungsi yang ideal tidak berjalan sementara yang tersiar adalah
terlibatnya berbagai kasus-kasus hukum para aktifisnya yang tiada henti
diberitakan, bergantian dan seolah-olah semua politisi terlibat persoalan
hukum, korupsi, indispliner dalam
sidang, tidak menguasahi substansi pekerjaan dll.
Namun demikian sekalipun partai politik ubahnya setan, namun dia adalah
makhluk yang sangat diperlukan dalam membangun demokrasi. Tidak ada demokrasi
tanpa parpol, demikian kira-kira garis besarnya. Oleh karenanya perilaku parpol
harus diperbaiki, dan kelembagaan partai
juga harus secara total dirombak.
Senada dengan AA GN,
Ganjar Pranowo menceritakan berat dan sulitnya mengelola partai, problem
besarnya adalah soal kaderisasi yang butuh duit dan energi yang sangat banyak.
Oleh karenanya Pak Ganjar menjawab semua kritik buruk terhadap partai dengan
sebuah tantangan...!!
Masuklah ke partai
jika anda memang orang yang baik dan punya kompetesi..!!
Rubahlah partai untuk menjadi lebih baik dan ideal..!!
Maka hasilnya kurang lebih sebagai berikut : anda akan ketularan jelek, tidak kuat dan
kembali keluar, atau berdiam diri dan tidak optimal.
Refli Harun sebetulnya berpendapat senada, selain mengkritik
partai dia juga mengkritik pedas para
penyelenggara pemilu. Jika partai anda ingin menang maka anda harus
pandai-pandai mendekati panitia, PPS, PPK atau para anggota KPU. Yang
berperilaku setan sebetulnya tidak hanya partai politik tapi juga ulah para
penyelenggara pemilu, mereka bisa menjadikan menang atau kalah....
Hhmm,..pendapat Refli
yang terakhir ini tentu tidak disertai data-data akurat. Menurut hemat saya, sangat
tidak bijak membuat kesimpulan “satu untuk semua’, kasihan para penyelenggra
pemilu dari tinggkat KPPS, PPS, PPK dan para anggota KPU kab/kota, prov dan
pusat yang berjumlah jutaan orang itu semuanya memperoleh label tidak jujur.
Menurutku penilaian terhadap para penyelenggara pemilu akan
lebih adil jika dilakukan secara proporsional. Yang tidak jujur, yang merubah
berita acara perolehan suara, yang bermain mata dengan parpol atau caleg secara
tegas harus diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun jangan dinilai
buruk dan beri apresiasi bagi para penyelenggra yang jujur dan sukses dalam
menyelenggarakan pemilu....(Spd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.