Selasa, 26 Juni 2012

Sarapan Bubur di Hotel Borobudur

134032629990030586
dok.pribadi.bubur ayam ala Borobudur
Pagi itu sesungguhnya saya enggan bangun karena dinginya kamar tidur ber AC terasa menusuk tulang, ingin rasanya terus bersembunyi di balik selimut tebal itu jika tidak ingat belum “lapor” pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Di hotel ini yang begitu luas, dimana mana terasa dingin, semua ruangan termasuk koridor-koridor yang ada dingin banget. Hhmm…. jadi teringat pelajaran yang lalu Go Green…… yang mengharuskan kita semua untuk hemat energi, memelihara dan mencintai bumi. Di Tempat ini semuanya tentang ajaran itu tidak berlaku…., bisnis adalah bisnis, bisnis harus tetap jalan, oleh karenanya AC harus tetap hidup, untung harus diambil sebanyak mungkin dengan caara memfasilitisai kenyamanan pelanggan. Uang memang bukan segala-galanya tapi semuanya ternyata butuh uang, jadi ya harus di kejar… hehehe… demikian mungkin sekelumit prinsip kapitalis.

Setelah selesai sedikit merapikan diri di kamar mandi yang hangat, tibalah saatnya makan pagi ke lantai 2 dan menuju restoran dengan membawa selembar kupon atau tiket yang akan diminta para pegawai hotel di depan restoran. Wow... banyak sekali orang yang sedang menikmati hidangan sarapan pagi. Mejapun berderet deret rapi. Menu makanan sangat beragam, ada aneka sereal, roti-rotian ala masakan orang barat, sampai nasi goreng, bakmi goreng, omelet, nasi pecel sampai bubur ayam. Sedangkan minuman juga sangat beragam seperti kopi, teh, juice mangga, juice jambu, juice orange, sirsat dll. Pokoknya komplit plit dari ujung dunia Barat sampai dunia Timur. Perut terasa lapaaar… tapi entah mengapa terasa kurang berselera. Ini memang kebiasaanku kurang suka menu sajian ala hotel, …hhmm… akhirnya aku menjatuhkan pilihan, …Bubur Ayam ala Borobudur…

Ini sebetulnya juga sejaligus sebagai menu favoritku jika harus menginap di beberapa hotel. Bubur ayam dengan bumbu lumayan komplit, kemudian diramu dengan bawang goreng, sedikit daging ayam, empling mlinjo, tahu, bawang daun dll yang semuanya serba sedikit, soalnya mangkok lumayan kecil jadi tidak akan muat dan pas campurannya, kemudian sedikit diberi kuah rasa soto. Aku kurang paham tapi sepertinya itu sudah lumayan benar, hehehe, oo iya hampir lupa, ada irisan daging seperti abon yang disajikan disitu, pelengkap yang satu ini jangan diambil banyak, soalnya asiinnya minta ampun jadi sedikit saja, soalnya saya pernah ambil, tadinya kukira abon sapi hehehe, selanjutnya saya juga ambil minum juice jambu yang lumayan enak.

Beberapa teman meledekku, “sarapan di hotel kok cuma ambil bubur, kayak orang sakit” katanya, …hhmm... memang bubur hanya untuk orang sakit?

Tapi ya mau gimana lagi, ini perut seleranya masakan kaki lima. Bubur kulahap habis berikut minumnya, boleh tambah lagi, sekaligus ambil minum juice jambu lagi dan aneka buah-buahan seperti semangka, melon dan pepaya.

Pikiranku justru melayang teringat makan bubur ayam di tepi jalan, di trotoar… tepatnya di samping hotel Treva di Menteng,… selain buburnya enak, saya juga terkesan cara menyajikan abang penjualnya yang rapi dan bertopi layaknya seniman dan berambut agaak gondrong….. hehehe. masakannya sebetulnya tidak kalah enak lho jika dibandingakan dengan bubur ayam ala borobudur ini… hehehehe…


Nb:
Tulisan ini pernah saya publish di
http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2012/06/22/sarapan-bubur-di-hotel-borobudur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.