Rabu, 06 Februari 2013

Politisasi Bulutangkis di Munas PBSI


Munas PBSI di Yogyakarta tanggal 20-22 September
Oleh : Sapardiyono
1348120862922984834
sumber : Kompas.com
Bagi Partai Politik ataupun para politisi, jabatan menjadi Menteri, adalah salah satu jabatan tertinggi yang ingin diraihnya. Hal ini sebetulnya sangat sesuai dengan sifat dasar partai politik atau tujuan diciptakannya partai politik untuk memperoleh kekuasaan. Kekuasaan Menteri dalam pemerintahan sangat besar, oleh karenanya wajar jika partai politik rela berjuang dan berkorban untuk memperoleh jabatan ini.


Di Zaman Orde Baru, jabatan Menteri sangat terkenal, anak-anak SD, SMP dan SMA dan mungkin kita semua sangat hafal dengan nama-nama menteri sebagai pejabat negara tersebut. Hal ini disebabkan salah satunya adalah, jabatan menteri hampir tetap dan jarang sekali berganti selama 5 tahun. Pada saat ini sesuai dengan kondisi sosial politik yang ada, kita semua mungkin tidak ada lagi yang hafal atau hanya sekedar mengingat nama-nama menteri itu. Menteri seolah para pegawai tidak tetap yang mudah berganti ataupun berpindah menjadi menteri lain.

Salah satu contohnya adalah Gita Wiryawan, publik tidak begitu mengenal Pak Menteri yang satu ini. Namun akhir-akhir ini nama Gita Wiryawan sering sekali disebut-sebut dan banyak diberitakan media masa. Beliau menjadi bahan berita dan terkenal bukan karena prestasinya di bidang kerjaan yang digelutinya sebagai menteri perdagangan, misalnya dengan meningkatnya angka perdagangan produk Indonesia ke luar negeri ataupun mengurangi defisit akibat import hampir semua kebutuhan rakyat mulai dari bahan makanan, kosmestik, obat, pakaian, maupun elektronik dll. Tapi beliau menjadi bahan berita karena beliau menyatakan bersedia untuk menjadi Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia atau PBSI.

Hhmm …. lumayan aneh sebetulnya, beberapa keanehan tersebut antara lain adalah :
pertama : Pak Gita sebagai menteri tentu sebetulnya sudah sangat sibuk. Apakah beliau masih punya waktu untuk mengurus bulutangkis? Sementara menjadi Ketua PBSI sebetulnya adalah jabatan yang butuh perhatian khusus, maklum di cabang olahraga ini tidak mengenal kompromi atau tidak ada nomor dua, harus menjadi nomor satu atau juara atau memperoleh emas, selain itu akan dinilai gagal. Kedua, bulutangkis adalah olah raga prestasi tidak sekedar hobi, olahraga ini tentu sangat berbeda dengan dunia olah raga Golf yang beliau sukai, olah raga golf menurutku cenderung hanya disukai oleh para pengusaha dan politisi. Ketiga, Pak Gita cenderung tidak punya pengalaman di bidang bulutangkis, oleh karenanya jika terpilih nanti, hampir dapat dipastikan semua kerjaan sebagai ketua akan dilimpahkan kepada Sekjen.

Kelebihan Pak Gita apabila terpilih sebagai ketua PBSI sebetulnya hanya ada 2 yaitu : pertama , kemampuan beliau mencari dana di APBN karena posisi beliau sebagai Menteri tentu mempunyai akses yang sangat luas baik ekskutif maupun ke legislatif di DPR. Kedua, kemampuan beliau mencari sumber dana dari kalangan swasta, sebagai Menteri Perdagangan dan sekaligus juga sebagai pengusaha, tentu beliau mempunyai hubungan yang sangat luas dengan para pengusaha di Indonesia yang diiharapkan bersedia menyumbangkan sebagian pendapatannya untuk bulutangkis.

Pertanyaannya adalah, apakah 2 keunggulan beliau tersebut cukup elektif untuk dipilih sebagai ketua PBSI dan bisa menutup semua kekuranggannya? Pertanyaan ini ternyata kenyataannya tidak cukup didiskusikan secara mendalam oleh para pengurus PBSI di tingkat Provinsi yang mempunyai hak pilih maupun para praktisi, serta para mantan pemain bulutangkis yang justru sibuk mendukung dan mencari dukungan. Rudi Hartono, Ivana Lie dkk sebagai para maestro bulutangkis sudah menyatakan sikap mendukung pencalonan Pak Menteri sebagai ketua PBSI, 28 Pengurus Provinsi juga sudah dikalim telah mendukung Pak Gita.

Lain pak Gita, lain Pula Icuk Sugiarto, tokoh senior bulutangkis dan mantan juara dunia tahun 1983 ini jauh-jauh hari sebelumnya sudah memproklamirkan diri menjadi calon ketua PBSI. Icuk Juga menyatakan tidak gentar jika harus bersaing dengan Pak Menteri. Sayang, sepertinya publik tidak berpihak kepadanya. Sehingga Icuk Sugiarto diprediksi hanyalah menjadi anak bawang atau pelengkap penderita saja dari sebuah kompetisi yang “seolah sudah diketahui hasilnya”.

Tidak ada yang tahu pasti, apa motif yang sesungguhnya dari Pak Gita untuk mencalonkan diri menjadi ketua PBSI. Yang jelas jabatan sebagai ketua PBSI ini juga diincar beberapa politisi lain. Ketua DPR Marzuki Alie dikabarkan juga pernah menyatakan berminat.

Pertanyaan seperti ini sangat wajar mengingat menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dan para politisi di dalamnya. Pak Gita sendiri dalam kariernya sebagai pejabat negara juga bukan orang yang lurus atau bersih seratus persen. Beberapa kebijakan dan kasus yang cenderung negatif juga mewarnai perjalanan kariernya.
Hhmm…semoga politisasi olahraga di cabang bulutangkis yang kita cintai ini tidak separah sepak bola ….(Spd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.