Dalam 1 bulan ini perjalananku dari Yogya ke Jepara via Semarang lumayan bertambah lancar, karena Jalur baru yaitu Lingkar Selatan Ambara telah selesai dibangun dan dibuka gratis untuk umum.
Sebelumnya jika kita melakukan perjalanan Yogya - Semarang atau sebaliknya, ketika akan memasuki kota Ambawara, yang terbayang adalah jalan sempit dan berjubel, macet karena jalan utama itu melalui Pasar Ambarawa yang ramai. Mobil-mobil luar kota seolah berebutan jalan dengan para sopir angkot yang sedang mencari penumpang.
Hhmm …gambaran yang yang serba tidak enak itu, untuk saat ini lumayan bisa kita singkirkan.
Jalan lingkar selatan Ambara dibuat sebelum rentetan para Pedagang Srabi yang berjejeran sebelum Kota Ambarawa, belok kanan lumayan jauh dan mendekati Rawa Pening kemudian tembus luar Kota Ambarawa sebelum Terminal Bawen.
Jalan sangat halus, karena masih baru dan dan beberapa tempat meliuk membuat pemandangan bertambah indah. Di kejauhan tampak Rawa Pening, hamparan air waduknya tampak di kejauhan begitu indah dengan view yang bagus. “Tinggal tunggu waktu saja” pikirku, akses jalan yang terbuka ini akan membuka pula pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Satu persatu sawah di pinggir jalan itu diurug dan dirubah fungsinya menjadi warung atau rumah-rumah makan. Lima atau enam tahun yang akan datang pasti sudah akan banyak berubah, semakin banyak lagi rumah, ruko, ataupun restoran yang akan berdiri berjajar menggantikan fungsi sawah.
Argumen masyarakat merubah fungsi sawah menjadi tempat bisnis sebetulnya sangat logis, mengingat hasil dari pertanian kurang menjanjikan untuk survive dalam hidup mereka di masa yang akan datang. Jadi petani misalnya hasilnya tetap sedikit dan miskin, jadi berubah status menjadi pedangang, buka warung dan lain-lain sepertinya lebih menjanjikan. Jika hal ini yang terjadi sebetulnya bisa dimengerti. Namun jika kemudian banyak orang kaya luar daerah atau orang-orang setempat yang relatifpunya uang kemudian banyak membeli sawah-sawah petani dengan harga saat ini yang relatif murah, tapi sudah naik untuk ukuran petani, maka situasi ini adalah celaka 2 x. Celaka pertama karena petani untung sesaat dan setelah itu kehilangan mata pencaharian pokok selama-lamanya, dan celaka yang kedua produksi beras akan terus merosot akibat alih fungsi lahan.
Yah inilah dua sisi pembangunan yang memang tidak bisa dihindarkan, setiap keputusan yang diambil demi kemajuan akan selalu berdampak negatif kepada sektor lain. Dampak negatif lain dari dibukanya jalur lingkar selatan Ambarawa ini jugamenimpa para pedagang Srabi Ambarawa. Di jalan utama itu biasanya rentetan para pedagang Srabi sangat ramai, dan para pelancong banyak yang berhenti menikmati srabi sambil istirahat sejenak, lumayan enak sebelum melanjutkan perjalanan. Sekarang? Para pedangang srabi sepi pengunjung saya mulai khawatir satu-persatu para pedagang srabi tersebut menutup usahanya karena sepi. Para pengguna jalan itu sudah beralih jalur melalui jalan lingkar yang lebih luas dan menghindari macet di Pasar Ambarawa.
Sedangkan sisi positif lain yang sangat penting untuk dicatat adalah terbukanya akses ke tempat wisata Rawa Pening. Pada saat ini sudah ada pengembang yang membangun komplek wisata di Rawa Pening ini, caranya dengan membebaskan lahan untuk membuka akses jalan menuju Rawa Pening dan membangun komplek Wisata, saat ini komplek wisata ini belum jadi, tapi para pengunjung sudah banyak yang berdatangan dan berwisata atau sekedar memenuhi rasa penasaran. Komplek wisata yang sudah jalan di sini adalah naik perahu tempel dengan mesin mengelilingi Rawa Pening, aneka permainan dengan ATV, tempat Kuliner dengan Warung Apung, sementara kolam pemancingan belum siap dioperasikan. Pendopo besar untuk pertemuan juga belum selesai termasuk Mushola mungil juga belum jadi. Yah lumayanlah sebagai alternatif untuk wisata air maupun wisata kuliner…. Monggo (Spd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.