Rabu, 06 Februari 2013

Antara Bambang Pamungkas dan Andy Malarangeng


1352893525269455895
sumber :Kompas.com
Nasionalisme dan Cinta tanah air adalah mutiara kata bijak yang terkikis hebat pada akhir-akhir ini. Problematika bangsa kita yang tidak kunjung akhir, korupsi yang seolah semakin merajalela, kemiskinan yang terus melambung, sempitnya lapangan pekerjaan adalah beberapa penyebab pokok menipisnya rasa nasionalisme, dilain pihak, gaya hidup hedonisme bagi yang punya duit, serta cenderung cuek pada sesama adalah salah satu gaya yang tumbuh subur disaat ini.


Segaris dengan kondisi bangsa yang tidak kunjung bangkit dari keterpurukan, prestasi di bidang olah raga apapun seolah mengikuti irama kondisi bangsa tersebut. Pun demikian dengan cabang olah raga terpopuler di seantero jagad raya ini, juga di Indonesia yaitu sepak bola, tidak ada satupun prestasi yang bisa dibanggakan, bahkan saat ini, kita terpuruk di jurang prestasi terendah yang pernah dicapai oleh TIMNASbangsa kita, Indonesia.

Diantara puing-puing reruntuhan pembentukan Timnas kita menjelang Piala AFF, dan diantara reruntuhan perseteruan antara PSSI dan KPSI yang telah berhasil menghancurkan nilai-nilai persaudaraan, sportifitas dan komitmen untuk berjuang terhadap kejayaan bangsa dan negara, munculah seorang pahlawan yang sangat cinta tanah air dan mengesampingkan perseteruan, dialah pemain senior yang bernama Bambang Pamungkas. Bepe demikian sebutan akrabnya tidak gentar akan sanksi apapun yang akan diterima sebagai akibat sikapnya untuk membela Timnas Indonesia bentukan PSSI, sementara klub Persija yang dibelanya bernaung di KPSI. “ Timnas Indonesia hanya satu” teriaknya sambil mengkritik tajam para petinggi PSSI dan KPSI yang masih sibuk berseteru berebut kekuasaan.

Sikap Bepe yang gagah berani dan berjiwa kepahlawanan ini mirip dengan tokoh wayang Kumbokarno yang rela mati dan berjuang sampai titik darah penghabisan demi membela bangsa dan negaranya. Sikap ini tentu sangat sulit kita temui di masa-masa ini, dimana problematika bangsa yang tidak kunjung rampung seperti keterangan diatas.

Kita tadinya berharap banyak, sikap Bepe yang gagah berani ini akan mengetuk hati banyak pihak yang bertikai dan berseteru untuk sedikit mengendorkan urat syaraf demi kepentingan nasional, bangsa dan negara, sekali lagi demi kepentingan nasional, bangsa dan negara. Sayang harapan tersebut adalah tetap menjadi mimpi di siang bolong. Tensi perseteruan PSSI dan KPSI tidak kunjung turun dan pupuslah sudah harapan untuk dapat membentuk Timnas Indonesia yang bermaterikan pemain terbaik Indonesia yang bernaung di klub manapun.

Di tengah-tengah badai yang tidak kunjung reda ini, tiba-tiba kita dihenyakkan kembali, oleh statemen Menpora Andi malarangeng, yang menyatakan pemerintah tidak akan mensuport dana buat Timnas Indonesia yang dibentuk PSSI yang akan berlaga di Piala AFF. Argumennya adalah pertama: pemerintah tidak akan ikut campur dalam perseteruan antara PSSI dan KPSI, dan yang kedua Timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala AFF tidak bermaterikan para pemain sepakbola yang berasal dari dua kubu yang berbeda.

Argumen Pak Menteri tersebut tentu sangat patut disesalkan, pemerintah memang tidak perlu turut campur dalam perseteruan antara PSSI dan KPSI, tapi siapapun diantara mereka yang keluar, berjuang dan bertarung dengan bangsa lain mengataskan bangsa Indonesia haruslah didukung penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sebab mengapa ? sebab jika nanti mereka berhasil menjadi juara maka yang harum adalah bangsa Indonesia, dan sebaliknya jika mereka gagal, maka yang menanggung rasa malu juga bangsa Indonesia.

Antara Bambang Pamungkas dan Andi Malarangeng memang tidak bisa dipersamakan. Mereka adalah dua orang yang berbeda, yang satu olahragawan dan yang satu adalah politisi. Sekalipun berbeda seharusnya mereka satu tujuan, bukan sebaliknya.?!

Tapi sebagai rakyat ternyata kita hanya bisa berharap….hhmmm….tidak tahu sampai kapan benang kusut itu bisa diurai….?.. (Spd).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.