Kamis, 16 Agustus 2012

Antara Mengumbar dan Mengekang Hawa Nafsu


13449765051746326167

dok.pribadi.

Tidak terasa sebentar lagi bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah itu segera pergi meninggalkan kita semua, ada rasa pedih dan sedih hinggap di dada dan kepala, rasanya belum berbuat apa-apa. Kita tidak tahu apakah akan diberi kesempatan lagi untuk bertemu dibulan yangRamadhan yang akan datang atau tidak.


Menurut Ibnu Taimiyyah Bulan Suci Ramdhan, adalah ibarat “Madrasah yang Istimewa”. Yaitu seperti halnya Training Center sebulan penuh untuk menggembleng jiwa dan raga untuk siap mengarungi hidup selama setahun berikutnya. Kita semua yang berpuasa diharapkan dapat Lulus dari training tersebut dan menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, yaitu orang yang senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi semua larangannya.

Oleh karena itu 10 hari terakhir di Bulan Suci Ramadhan adalah tahapan akhir dimana kita semua diberi contoh oleh Rasullah SAW, untuk beriktikaf di masjid, yaitu aktifitas untuk memperbanyak Sholat malam, membaca al-qur an , berdoa,bersedekah, dll. Bahkan untuk menekankan betapa pentingnya 10 hari terkahir, Nabi Muhammad SAW tidak pernah keluar dari masjid, sekedar menyisir rambutpun diupayakan hanya mendongakkan kepala lewat jendela dan istrinyalah yang menyisirnya.

Kita juga memahami diantara sepuluh hari itu salah satunya ada malam Lailatul Qodar, yaitu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Atau tepatnya 1 malam lebih baik dari 83 tahun umur manusia. Jadi ayo cepat manfaatkan sisa 10 hari terakhir untuk ber-iktikaf………

Ajaran agama kadang kala beriringan, namum kadangkala berlawanan arah dengan budaya kita bangsa Indonesia. 10 hari terkahir mestinya kita gunakan untuk ber-zuhud dan mengekang hawa nafsu. Tapi kenyataannya, kita dalam 10 hari terakhir seolah lupa akan ajakan ber-iktikaf. Alih –alih beriktikah dan berdiam diri di masjid. Kita justru beramai-ramai membelanjakan uang dan harta kita. Tidak beda antara yang miskin dan yang kaya. Orang yang miskin bahkan rela hutang kepada yang lebih kaya untuk berbelanja.

Oleh karenanya mulai dari pasar-pasar modern, mall, sampai dengan pasar-pasar tradisonal ramai dan riuh berjejal manusia. Tujuan mereka sama membelanjakan sejumlah uang untuk persiapan lebaran.

Barang apakah yang laku selama prepegan (istilah bahasa jawa) itu ? jawabnya : barang apa saja laku mulai dari pakaian, sandal, sepatu, kopiah dan semua perlengkapan pakaian lannya. Juga makanan, camilan, kacang mete, wafer dan aneka kue lainnya. Tidak hanya itu bahkan toko-toko emas yang harganya sangat mahal pun orang berjejal, bertumpuk seolah berebut untuk lebih dulu dilayani para penjualnya. Oleh karenanya jam kerja semua toko dan pasarpun ditambah menjadi lembur sampai malam hari. Dan ini semua berlangsung sampai malam terakhir, bahkan sampai semua masjid melafazkan kata-kata Takbir sebagai tanda berakhirnya bulan puasapun semua toko masih sangat ramai.

Selain semua kebutuhan sandang, dan makanan, kaum perempuanpun ingin tampil cantik di hari lebaran. Salon-salon juga berjejal oleh para pelanggan untuk facial, creambath, spa, rebonding, masker, potong rambut dll. Pokoknya sepuluh hari terakhkir adalah masa yang paling indah untuk menyalurkan semua keinginan kita, membelanjakan uang dan harta kita untuk kebutuhan lebaran.

Demikian lah bangsa kita ini mempunyai kebudayaan dan memaknai hari raya Idul Fitri dengan caranya sendiri. Dan rupanya kebudayaan ini akan terus berlangsung sampai entah kapan.

Seorang dosen ilmu politik UGM bernah berpidato, ia bercerita tentang adanya peneliti orang Australia yang sedang meneliti tentang radikalisme gerakan Islam di Indonesia. Ini penting bagi Australia karena Radikalisme, Foundamenlaisme dan Ekstremisme di Indonesia merupakan bagian dari ancawan warga Australia. Setelah selesai melakukan penelitian di Indonesia dia diminta presentasi di depan publik Australia : “ Saya sudah keliling di semua tempat di Indonesia dan tidak ada ekstremisme di Indonesia, tapi yang ada adalah tradisi ekstrem orang Indonesia yang suka mudik dan berbelanja saat lebaran, serta ekstreim dalam memakan cabe”…hhmm

Kupat kecemplong santen, menawi lepat nyuwun pangapunten,
Mohon maaf lahir dan Bathin, Selamat Hari Raya Idul Fitri. (spd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.