Kepada Yth. Pak Dahlan Iskan,
saya bermimpi naik kereta api jurusan Jogja Semarang
oleh
: Sapardiyono.S.Hut.MH.
Pada
malam minggu yang lalu atau tepatnya minggu dini hari, saya bermimpi tentang
dua hal, pertama saya bertemu dengan Pak Dahlan Iskan, dan yang kedua naik
kereta api jurusan Jogja -Semarang. Saya kecewa karena ternyata hanyalah mimpi,
oleh karenanya saya ingin menuliskan antara keduanya dan berharap sampai ke Pak Dahlan Iskan,
tentu saja kapasitas beliau sebagai
Meneg BUMN.
Kereta
api jurusan Jogja-Semarang adalah masa lalu, kita saat ini hanya dapat
menikmati bekas-bekas rel kereta api yang memanjang dari Jogja, Magelang,
Ambararawa, dan Semarang, rel ini sebetulnya tidak hanya berhenti di situ tapi juga terus melaju sampai Demak, Kudus
bahkan Jepara. Sedangkan di Jogja juga terus bergerak sampai Bantul di Palbapang.
Hhmm pilu rasanya menikmati bangunan- bangunan bekas station yang banyak kita
temui di sepanjang rel tersebut membisu seolah menjadi seonggok sampah yang tak
berguna sebagai saksi Visionernya para penjajah belanda dan ketidakmampuan kita
mengelola transport masa yang murah dan nyaman.
Imajinasi
para penjajah belanda pada saat itu memang luar biasa, pikirannya menerawang
dan menjangkau jauh ke masa depan yang amat panjang 200 , 300 tahun atau lebih bahkan. Mereka kala itu
sudah mengetahui dan menyadari bahwa kereta api akan menjadi transport masa
yang murah, nyaman dan bebas dari kemacetan di masa depan.
Oleh karenanya infrastruktur kereta api
dibangun habis-habisan di Pulau Jawa dan Sumatera. Sayang sejak Indonesia
merdeka dan terjadi nasionalissi seluruh asset kompeni di Indonesia, termasuk
seluruh jaringan kereta api, kita tidak mampu merawatnya. Sedikit demi sedikit
panjang jalur rel kereta api semakin berkurang, pun demikian dengan dengan
jumlah station dan kereta apinya. Yang paling memilukan adalah matinya jalur Jogja
–Semarang yang lumayan panjang ini, namun rontok tinggal kenangan.
Tergusur oleh industri otomotif
Industri
otomotif mobil telah sukses menggusur kereta api. Sejak orde baru membuka kran
masuknya modal asing di Indonesia, para raksasa otomotif seperti Toyota, Mitshubisi, Daihatsu, Honda dll segera
mencengkeram dan menguasahi pasar sampai hari ini. Industri ini memang mudah
dan murah dimuka, tapi akibat jangka panjangnya sangat parah, boros
energi, sarat polusi, dan menimbulkan
kemacetan yang luar biasa. Ratusan trilyun anggaran negara tiap tahun juga
habis dikonsumsi untuk membeli dan membakar BBM. Entah sampai kapan pemerintah bisa mengatasi problem yang kadung karut marut ini. Yang jelas pertumbuhan kendaraan yang sangat
tinggi sangat tidak sebanding dengan
jumlah penambahan badan jalan. Akibatnya semakin
lama semakin macet, dan macet dan semakin besar pula trilyunan rupiah yang terbakar hangus
tak berbekas.
Untuk
mengurangi kemacetan lalu lintas dan semakin borosnya BBM ini beberapa pemda
mengembangan Ring Road, jalan Outer Ringroad, dan bahkan jalan Tol. Untuk
jangka menengah mungkin kebijakan ini cukup efektif, namun demikian jika tidak ada perubahan kebijakan yanga mendasar tentang sarana anggkutan
transportasi masa, maka tidak dalam
waktu yang lama jalan-jalan yang dibangun tadipun akan segera over kapasitas. Oleh karenanya membangun dan menghidupkan
kembali jaringan kereta api adalah solusi yang harus secara serius dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun oleh PT.Kereta Api Indonesia.
Sebagai
awal dari gerakan ini adalah menghidupkan kembali jaringan kereta api jurusan Jogja
–Magelang -Semarang. Dalam hal ini negara masih mempunyai aset-aset
terbengkalai yang sesungguhnya nilainya amat besar yaitu antara lain tanah yang
memanjang bekas jalan kereta api dari Jogja sampai dengan Semarang, bekas-bekas
station, dan bahkan rel-rel kereta api jaman belanda juga sebagian masih kokoh
menancap di tanah.
Upaya
ini tentu tidak mudah, mengingat beberapa ruas jalur kereta api tersebut sudah
beralih fungsi dan terdesak oleh pertumbuhan penduduk yang cukup padat. Namun
demikian apabila dibandingkan dengan rencana pembangunan jalan tol Semarang-Jogja
atau Semarang-Solo yang juga akan mengkonversi lahan-lahan milik rakyat, kebijakan untuk menghidupkan kembali jaringan
kereta api Jogja -Semarang ini tentu akan lebih murah.
Pembangunan
kembali jaringan-jaringan transport massa adalah solusi dari problem kemacetan
di hampir semua kota di Indonesia. Jika itu disadari mengapa tidak dilakukan?
Masih ada waktu…monggo Pak Dahlan …..,…
tulisan ini pernah di publish di :
http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/02/kepada-yth-pak-dahlan-iskan-saya-bermimpi-naik-kereta-api-jurusan-jogja-semarang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.